Pagi
hari adalah waktu yang cocok untuk terburu – buru dan terlambat. Saya paham
betul dengan itu. Oleh karenanya, saya juga maklum jika semua orang menjadi
pemarah dan tidak sabar di pagi hari. Kecelakaan lalu lintas juga cenderung
terjadi di pagi hari. Sungguh beruntunglah orang yang bisa menjaga diri dari
amarah dan sifat tidak sabar.
Setahun
yang lalu, ketika saya masih kuliah dan masuk pukul delapan pagi, saya mendapat
pelajaran yang sangat bermanfaat. Saya menumpang di angkot 121 A yang sangat
padat, sehingga saya rela setengah berjongkok demi sampai di kampus karena jika
saya menunggu angkot 121 A selanjutnya, maka saya mungkin akan terlambat. Sepuluh
menit kurang dari pukul delapan. Jantung saya sudah berdegup kencang, gerbang
kampus saya sudah terlihat di kejauhan. Saya berdoa agar bang supir lebih
kencang lagi. Namun, ketika kira – kira lima puluh meter lagi, angkot berhenti
untuk mengisi minyak. Penumpang yang tidak sabar mengeluh dan marah, tapi
mereka tetap duduk dengan gelisah. Tiba – tiba seorang perempuan, lebih muda
dari saya, turun dari angkot dan lebih memilih berlari – lari menuju kampus
daripada menunggu. Saya melihat wajahnya yang kalut.
Beberapa menit kemudian,
angkot melaju lagi, sangat kencang. Perempuan muda tadi tertinggal jauh. Saya
sampai di gerbang kampus tepat pukul delapan dan saya segera berlari ke jurusan
saya. Setidaknya saya punya lima belas menit toleransi keterlambatan. Sepanjang
jalan saya berpikir betapa malangnya perempuan muda tadi. Pasti dia akan sangat
terlambat. Jika saja dia mau menunggu lima menit untuk isi minyak, dia pasti menghemat
waktunya sepuluh menit yang dihabiskan untuk berlari dari tempat dia turun
sampai ke gerbang kampus. Selain itu, dia pasti bercucuran keringat ketika sampai
di gerbang kampus. Sementara penumpang yang rela menunggu, sampai tepat waktu
dan tidak bau keringat, juga pasti tidak sesuntuk perempuan tadi.
Begitulah
juga kehidupan ini. Jika saja kita bersabar untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih besar, kita tidak akan mendapatkan hal kecil, atau bahkan tidak
mendapatkan apapun. Peristiwa ini membuat saya lebih sabar. Terutama ketika
saya harus mengantri menemui dosen pembimbing skripsi saya. Lamaaaaa sekali,
tapi saya harus tetap sabar. Mungkin saat giliran saya, di ujung waktu
menjelang sore, saya akan mendapatkan waktu lebih panjang karena tidak ada
perkuliahan lagi dan tidak ada yang mengantri setelah saya. Dan itu benar
terjadi. Sabar pangkal beruntung.
0 komentar:
Posting Komentar