Meskipun
saya tidak memiliki dasar bidang kesehatan seperti penyelenggara seminar ini,
tapi tidak ada salahnya mengikuti seminar tersebut, lagipula temanya universal.
Seminar yang diadakan hari sabtu, 13 Febuari 2016 di hotel Medan Metro ini
dihadiri kebanyakan oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes Medan dan beberapa dari
universitas lain di Medan dan Aceh. Ada dua pembicara yang merupakan dosen Poltekkes
Kemenkes Medan, yaitu Bapak Cecep Triwibowo dan Dr.Haripin Togap Sinaga, BSc,
MCN.
Sesi
pertama dibawakan oleh Bapak Cecep Triwibowo. Beliau memaparkan secara singkat
tentang ‘menulis buku ilmiah’. Ini sesuai dengan pengalaman beliau yang
walaupun masih muda, tapi sudah menerbitkan 10 judul buku bidang kesehatan dan
merupakan buku pegangan/referensi di beberapa poltekes kesehatan. Adapun poin –
poin penting dalam pemaparan beliau adalah:
1) Secara umum ada tiga jenis buku di
tingkat perguruan tinggi, yaitu buku ajar, buku teks dan diktat. Ketiganya
dibedakan berdasarkan isi dan publikasinya. Buku ajar memiliki tujuan
instruksional (biasanya mengacu pada kurikulum) dan memiliki soal – soal
latihan di akhir bab, serta digunakan untuk mengajar. Buku teks tidak memiliki
tujuan instruksional dan merupakan buku yang digunakan sebagai referensi. Diktat
memiliki tujuan instruksional dan hanya dapat digunakan untuk kalangan sendiri.
2) Jika ingin menulis buku ilmiah, kita
harus membaca setidaknya 50 sampai 100 referensi yang sesuai dengan isi buku
yang hendak kita tulis. Ini menghidarkan kita dari miskonsepsi.
3) Indonesia hanya memiliki 18.000 judul
buku, sementara Negara maju di Asia, seperti Jepang, memiliki 40.000 judul buku
dan Cina memiliki 140.000 judul buku. Di Inggris, setiap 4 jam, terbit 1 buku.
4) Penerbit buku lebih menyukai buku yang
memiliki market lebar (bisa dibaca banyak kalangan) dan lifecycle panjang
(tidak berisi trend yang bisa berubah – ubah).
Sesi
kedua dibawakan oleh Dr. Haripin Togap Sinaga, BSc, MCN. Beliau adalah lulusan
dari University of Quensland, Australia. Dan sudah menerbitkan berbagai judul
artikel di jurnal Internasional. Adapun poin – poin penting yang disampaikan
beliau adalah:
1) Cina
memiliki publikasi jurnal terbanyak daripada Negara Asia lainnya (data scopus
2009)
2) Bagus tidaknya suatu jurnal tergantung
dari Impact Factornya ( IF). IF diukur dari seberapa seringnya jurnal itu
dirujuk. Jika IF semakin tinggi, maka jurnal tersebut semakin berkualitas. Saat
ini penentuan IF mengacu pada Science Citation Index yang dikelola Thomson
Routers.
3) Menulis
artikel untuk jurnal Internasional harus mengikuti kaidah Internasional. Metode
penelitian haruslah jelas dan detail agar peneliti lain dapat menjadikan
penelitian kita sebagai rujukan.
4) Penelitian yang bersifat eksperimen
harus didaftarkan dulu ke lembaga yang terkait dengan penelitian kita, lalu
cantumkan nomor registrasi tersebut di metode penelitian.