Apa yang terjadi dan apa yang terpikirkan

25/02/16

Seminar Publikasi Ilmiah Internasional oleh Poltekkes Kemenkes Medan; Saatnya peneliti Indonesia go internasional



Meskipun saya tidak memiliki dasar bidang kesehatan seperti penyelenggara seminar ini, tapi tidak ada salahnya mengikuti seminar tersebut, lagipula temanya universal. Seminar yang diadakan hari sabtu, 13 Febuari 2016 di hotel Medan Metro ini dihadiri kebanyakan oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes Medan dan beberapa dari universitas lain di Medan dan Aceh. Ada dua pembicara yang merupakan dosen Poltekkes Kemenkes Medan, yaitu Bapak Cecep Triwibowo dan Dr.Haripin Togap Sinaga, BSc, MCN. 

Sesi pertama dibawakan oleh Bapak Cecep Triwibowo. Beliau memaparkan secara singkat tentang ‘menulis buku ilmiah’. Ini sesuai dengan pengalaman beliau yang walaupun masih muda, tapi sudah menerbitkan 10 judul buku bidang kesehatan dan merupakan buku pegangan/referensi di beberapa poltekes kesehatan. Adapun poin – poin penting dalam pemaparan beliau adalah:
1) Secara umum ada tiga jenis buku di tingkat perguruan tinggi, yaitu buku ajar, buku teks dan diktat. Ketiganya dibedakan berdasarkan isi dan publikasinya. Buku ajar memiliki tujuan instruksional (biasanya mengacu pada kurikulum) dan memiliki soal – soal latihan di akhir bab, serta digunakan untuk mengajar. Buku teks tidak memiliki tujuan instruksional dan merupakan buku yang digunakan sebagai referensi. Diktat memiliki tujuan instruksional dan hanya dapat digunakan untuk kalangan sendiri.
2) Jika ingin menulis buku ilmiah, kita harus membaca setidaknya 50 sampai 100 referensi yang sesuai dengan isi buku yang hendak kita tulis. Ini menghidarkan kita dari miskonsepsi.
3) Indonesia hanya memiliki 18.000 judul buku, sementara Negara maju di Asia, seperti Jepang, memiliki 40.000 judul buku dan Cina memiliki 140.000 judul buku. Di Inggris, setiap 4 jam, terbit 1 buku.
4) Penerbit buku lebih menyukai buku yang memiliki market lebar (bisa dibaca banyak kalangan) dan lifecycle panjang (tidak berisi trend yang bisa berubah – ubah).
Sesi kedua dibawakan oleh Dr. Haripin Togap Sinaga, BSc, MCN. Beliau adalah lulusan dari University of Quensland, Australia. Dan sudah menerbitkan berbagai judul artikel di jurnal Internasional. Adapun poin – poin penting yang disampaikan beliau adalah:
1) Cina memiliki publikasi jurnal terbanyak daripada Negara Asia lainnya (data scopus 2009)
2) Bagus tidaknya suatu jurnal tergantung dari Impact Factornya ( IF). IF diukur dari seberapa seringnya jurnal itu dirujuk. Jika IF semakin tinggi, maka jurnal tersebut semakin berkualitas. Saat ini penentuan IF mengacu pada Science Citation Index yang dikelola Thomson Routers.
3)  Menulis artikel untuk jurnal Internasional harus mengikuti kaidah Internasional. Metode penelitian haruslah jelas dan detail agar peneliti lain dapat menjadikan penelitian kita sebagai rujukan.
4) Penelitian yang bersifat eksperimen harus didaftarkan dulu ke lembaga yang terkait dengan penelitian kita, lalu cantumkan nomor registrasi tersebut di metode penelitian. 

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

My Badge

Establishing Academic Writing Centers 2020

Awarded: Jan 4, 2021

VERIFY

About Me

Saya adalah alumnus Universitas Negeri Medan (S1) dan Universitas Negeri Malang (S2) jurusan Pendidikan Biologi. Hobi menulis fiksi, volunteering dan travelling. Instagram : @dyah_kusuma07

Popular Posts

-

-

Cari Blog Ini

Copyright © Hari Ini | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com