Dari kiri ke kanan (Bapak Johny, Bapak Suherman dan Bapak Hadi) |
Setelah mengikuti seminar yang diadakan di Universitas Sumatera Utara ini, saya semakin yakin bahwa banyak sekali orang Indonesia yang menjadi ilmuwan hebat di dunia Internasional.
1. Indonesia
tidak akan bisa menyamai Negara manapun di dunia ini, bukan kerana ketidak
mampuan kita, namun karena kita butuh sebuah “Identitas”. Jerman identik dengan
mesin dan mobil mewah, Swiss identik dengan keju, Perancis identik dengan
anggur dan fashion. Nah, Indonesia tidak perlu bersusah payah mengembangkan
kemampuan membuat mobil atau membuat keju atau bahkan menjadi pusat tren busana
di dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki alam yang sangat kaya. Bahkan
Indonesia menjadi produsen rumput laut nomor satu dan produsen beras nomor tiga
di dunia. Apabila dikalkulasikan, orang Indonesia memakan sekitar 750 gram
beras per orang perhari. Kenapa Indonesia tidak menjadi negara yang berdaya
pangan saja?
2. Ada
salah satu teknik pertanian yang sangat bagus, yaitu “Vertical Farming”. Dengan
kata lain, menanam secara vertical di sebuah bangunan yang tidak terpakai. Ini
bisa menghemat penggunaan lahan, sekaligus mempertahanan tanaman dari serangan
hama, maupun cuaca buruk yang dapat menyebabkan gagal panen. Namun alangkah
sayangnya, ternyata bukan Indonesia yang menjadi promoter teknik pertanian ini
ini, melainkan Singapura.
3. Di
kutub utara, ada sebuah pulau bernama Svalbard. Di dalam tanah pulau itu,
terdapat banker besar yang menyimpan gen
– gen tanaman dari seluruh dunia. Bahkan Negara paling tertutup sekalipun,
seeprti Korea Utara, menyimpan gen tanamannya disana.
4. Jerman
saja sudah siap sedia dengan perbekalan pangannya apabila sewaktu – waktu terjadi
perang dunia ke-III. Sementara Indonesia yang tidak terbatas musim untuk
memperoleh pangan, justru tidak memiliki perbekalan apapun.
Pembahasan tak kalah menarik disampaikan oleh Bapak Hadi Teguh Yudistira, ST, Ph.D. Beliau adalah lulusan dari Korea Selatan. Ahli di bidang Nanoteknologi. Mulanya saya tidak mengerti dengan istilah ilmiah yang digunakan beliau. Namun ada hal – hal menarik yang sangat catat:
1. Korea
Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia akibat pendudukan Jepang
dan Perang dengan Korea Utara. Meskipun demikian, Korea Selatan mampu bangkit
melalui industry elektroniknya. Siapa yang tidak kenal Samsung? Suatu saat,
tidak hanya Smartphone saja yang bermerk Samsung. Dengan perkembangan ilmu
Tissue Engineering, Korea Selatan akan menciptakan organ tubuh manusia, seperti
tulang bermerk Samsung.
2. Ada
delapan sektor prioritas Dewan Riset Nasional, yaitu teknologi pangan dan pertanian, teknologi pertahanan dan
keamananan, teknologi transportasi, teknologi kesehatan dan obat, teknologi
material maju, teknologi informasi dan komunikasi, energi dan sosial humaniora.
Pembicara ketiga dalam seminar ini adalah Bapak
Dr.Sahaman Gea. Baliau adalah dosen Kimia di Universitas Sumatera Utara,
Doctoral Nano Biomaterial dari Inggris. Dosen yang sangat energik ini
memaparkan banyak hal, mulai dari perkuliahan di Inggris hingga potensi ilmu
Nano Biomaterial. Beberapa yang menarik diantaranya:
1. Sumatera
Utara memiliki tiga potensi utama, yaitu Sawit, karet dan batu bara. Dulu,
Indonesia khususnya Jwa Barat memiliki varietas karet yang sangat bagus kualitasnya
yaitu karet perca. Ini merupakan bahan dasar pembuatan bola golf. Namun
semenjak Jepang menciptakan bola golf
berbahan material yang mirip dan lebih murah daripada buatan Indonesia, maka
pemerintah Indonesia menebang seluruh varietas karet perca. Padahal masalah
kita hanya satu, yaitu bagaimana mengolah karet perca sebagai bahan dasar
produk lain yang lebih menjual.
2. Uni
Eropa marak menyalahkan sawit karena tidak ramah lingkungan, begitupula pemuda
Indonesia yang aktif dalam komunitas pelestarian lingkungan. Padahal ini hanya
masalah bisnis semata. Belanda memproduksi minyak dari bunga matahari, hanya
sekitar satu ton per hektar lahan. Amerika memproduksi minyak dari jagung, hanya sekitar satu ton perhektar.
Dan Indonesia menghasilkan minyak dari sawit sekitar enam sampai delapan ton
perhektar lahan.
See? Potensi besar Indonesia sebagai penghasil minyak dunia sudah dilirik
UniEropa dan mereka menggoncang Indonesia dengan isu lingkungan. Parahnya,
pemuda Indonesia turut memborbardir negaranya sendiri.
Ketiga narasumber tersebut sangat menginspirasi dan
mengetuk pikiran untuk bertanya, akankah Indonesia mencapai kegemilangan di
tahun emas 2045?