Apa yang terjadi dan apa yang terpikirkan

27/05/16

USU Sci-FI Event 2016; Menerawang Masa Depan Industri Berbasis IPTEK di Indonesia Tahun 2045



Dari kiri ke kanan (Bapak Johny, Bapak Suherman dan Bapak Hadi)

Setelah mengikuti seminar yang diadakan di Universitas Sumatera Utara ini, saya semakin yakin bahwa banyak sekali orang Indonesia yang menjadi ilmuwan hebat di dunia Internasional. 
Sebab salah satu pembicara dalam seminar ini adalah Bapak Dr.rer.nat.Johny Setiawan, seorang Astrofisikawan yang tinggal di Jerman dan menemukan delapan planet baru. Yang lebih luar biasanya lagi, beliau adalah seorang anak Indonesia yang menguasai lima bahasa dunia. Dan selain bergelut di bidang sains, beliau juga seorang analis ekonomi di KBRI Indonesia. Sungguh kesempatan langka dapat mendengarkan ceramah beliau. Berikut ini adalah beberapa poin penting yang disampaikan beliau:
1.      Indonesia tidak akan bisa menyamai Negara manapun di dunia ini, bukan kerana ketidak mampuan kita, namun karena kita butuh sebuah “Identitas”. Jerman identik dengan mesin dan mobil mewah, Swiss identik dengan keju, Perancis identik dengan anggur dan fashion. Nah, Indonesia tidak perlu bersusah payah mengembangkan kemampuan membuat mobil atau membuat keju atau bahkan menjadi pusat tren busana di dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki alam yang sangat kaya. Bahkan Indonesia menjadi produsen rumput laut nomor satu dan produsen beras nomor tiga di dunia. Apabila dikalkulasikan, orang Indonesia memakan sekitar 750 gram beras per orang perhari. Kenapa Indonesia tidak menjadi negara yang berdaya pangan saja?
2.      Ada salah satu teknik pertanian yang sangat bagus, yaitu “Vertical Farming”. Dengan kata lain, menanam secara vertical di sebuah bangunan yang tidak terpakai. Ini bisa menghemat penggunaan lahan, sekaligus mempertahanan tanaman dari serangan hama, maupun cuaca buruk yang dapat menyebabkan gagal panen. Namun alangkah sayangnya, ternyata bukan Indonesia yang menjadi promoter teknik pertanian ini ini, melainkan Singapura.
3.      Di kutub utara, ada sebuah pulau bernama Svalbard. Di dalam tanah pulau itu, terdapat  banker besar yang menyimpan gen – gen tanaman dari seluruh dunia. Bahkan Negara paling tertutup sekalipun, seeprti Korea Utara, menyimpan gen tanamannya disana.
4.      Jerman saja sudah siap sedia dengan perbekalan pangannya apabila sewaktu – waktu terjadi perang dunia ke-III. Sementara Indonesia yang tidak terbatas musim untuk memperoleh pangan, justru tidak memiliki perbekalan apapun.

Pembahasan tak kalah menarik disampaikan oleh Bapak Hadi Teguh Yudistira, ST, Ph.D. Beliau adalah lulusan dari Korea Selatan. Ahli di bidang Nanoteknologi. Mulanya saya tidak mengerti dengan istilah ilmiah yang digunakan beliau. Namun ada hal – hal menarik yang sangat catat:
1.      Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia akibat pendudukan Jepang dan Perang dengan Korea Utara. Meskipun demikian, Korea Selatan mampu bangkit melalui industry elektroniknya. Siapa yang tidak kenal Samsung? Suatu saat, tidak hanya Smartphone saja yang bermerk Samsung. Dengan perkembangan ilmu Tissue Engineering, Korea Selatan akan menciptakan organ tubuh manusia, seperti tulang bermerk   Samsung.
2.      Ada delapan sektor prioritas Dewan Riset Nasional, yaitu teknologi pangan dan          pertanian, teknologi pertahanan dan keamananan, teknologi transportasi, teknologi kesehatan dan obat, teknologi material maju, teknologi informasi dan komunikasi, energi dan sosial humaniora.

Pembicara ketiga dalam seminar ini adalah Bapak Dr.Sahaman Gea. Baliau adalah dosen Kimia di Universitas Sumatera Utara, Doctoral Nano Biomaterial dari Inggris. Dosen yang sangat energik ini memaparkan banyak hal, mulai dari perkuliahan di Inggris hingga potensi ilmu Nano Biomaterial. Beberapa yang menarik diantaranya:
1.      Sumatera Utara memiliki tiga potensi utama, yaitu Sawit, karet dan batu bara. Dulu, Indonesia khususnya Jwa Barat memiliki varietas karet yang sangat bagus kualitasnya yaitu karet perca. Ini merupakan bahan dasar pembuatan bola golf. Namun semenjak  Jepang menciptakan bola golf berbahan material yang mirip dan lebih murah daripada buatan Indonesia, maka pemerintah Indonesia menebang seluruh varietas karet perca. Padahal masalah kita hanya satu, yaitu bagaimana mengolah karet perca sebagai bahan dasar produk lain yang lebih menjual.
2.      Uni Eropa marak menyalahkan sawit karena tidak ramah lingkungan, begitupula pemuda Indonesia yang aktif dalam komunitas pelestarian lingkungan. Padahal ini hanya masalah bisnis semata. Belanda memproduksi minyak dari bunga matahari, hanya sekitar satu ton per hektar lahan. Amerika memproduksi minyak dari jagung, hanya sekitar satu ton perhektar. Dan Indonesia menghasilkan minyak dari sawit sekitar enam sampai delapan ton perhektar lahan. See? Potensi besar Indonesia sebagai penghasil minyak dunia sudah dilirik UniEropa dan mereka menggoncang Indonesia dengan isu lingkungan. Parahnya, pemuda Indonesia turut memborbardir negaranya sendiri.

Ketiga narasumber tersebut sangat menginspirasi dan mengetuk pikiran untuk bertanya, akankah Indonesia mencapai kegemilangan di tahun emas 2045?  

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

My Badge

Establishing Academic Writing Centers 2020

Awarded: Jan 4, 2021

VERIFY

About Me

Saya adalah alumnus Universitas Negeri Medan (S1) dan Universitas Negeri Malang (S2) jurusan Pendidikan Biologi. Hobi menulis fiksi, volunteering dan travelling. Instagram : @dyah_kusuma07

Popular Posts

-

-

Cari Blog Ini

Copyright © Hari Ini | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com