Apa yang terjadi dan apa yang terpikirkan

03/01/17

Pengalaman Memperoleh Beasiswa Unggulan

Sebelum bercerita tentang Beasiswa Unggulan, saya ingin membagikan  secuil latar belakang motivasi saya. Hanya berupa pengalaman sederhana.

Jika saya tidak memperoleh beasiswa, maka saya akan bersekolah dengan penuh rasa bersalah. Begitulah yang selalu saya tanamkan pada diri saya. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, saya selalu berusaha untuk memprioritaskan kebutuhan adik – adik karena saya lebih tua dan seharusnya membantu orang tua, bukan sebaliknya. Oleh karena itu saya mencari beasiswa untuk sekolah. Sedapat mungkin, tidak perlu meminta pada mereka, meskipun orang tua selalu memenuhi permintaan saya.

Apa yang bisa menjamin saya untuk memperoleh beasiswa? Pertanyaan itu muncul sejak saya duduk di sekolah dasar. Guru saya memberi tahu bahwa jika saya berprestasi, maka akan ada orang yang ingin membayar uang bp3 (iuran operasional sekolah) saya. Saya belajar sungguh – sungguh untuk menjadi yang terbaik di kelas. Sejak kelas empat SD, saya selalu menjadi Si Nomor Satu di kelas saya. Oleh sebab itu, saya memperoleh kesempatan mendapat beasiswa Delta Peduli hingga kelas enam SD. Sungguh menyenangkan bisa meringankan beban orang tua, apalagi saat itu sedang terjadi krisis moneter.
Ketika SMP, saya tidak mendapat kesempatan memperoleh beasiswa. Namun saya memiliki usaha lain untuk mencari uang. Saya menulis di Koran. Honor tulisan saya yang berupa cerpen dan puisi cukup untuk membayar uang spp (50 ribu perbulan) dan membayar LKS. Ini juga saya lakukan hingga duduk di bangku SMA. Bahkan saya menjadi reporter magang di salah satu Koran lokal di Medan. Pengalaman saya menulis dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, akhirnya membuat saya terpilih untuk memperoleh beasiswa dari PDAM TIRTANADI SUMUT.
Berdasarkan pengalaman tersebut, saya akhirnya menyadari bahwa untuk memperoleh beasiswa, yang kita butuhkan bukan hanya prestasi akademik, namun juga prestasi non-akademik dan pengalaman berorganisasi. Hal inilah yang menjadi pembeda dan nilai jual dari seseorang untuk berkompetisi dalam berburu beasiswa.
Oleh sebab itu, saya semakin giat menulis dan mengikut sertakan karya saya dalam lomba penulisan. Selama kuliah S1, saya tidak hanya menulis fiksi, namun juga non-fiksi seperti artikel dan karya tulis. Beasiswa yang saya peroleh selama kuliah S1 adalah PPA dari DIKTI. Saya memperolehnya selama tiga periode (enam semester). Sementara untuk dua semester sisanya, saya mencoba beasiswa dari Data Print yang diberikan sekali tiap periode. Alhamdulillah saya memperolehnya tiga kali.
Pelajaran berharga yang saya peroleh selama berburu beasiswa adalah niat tulus membantu orang tua dan ridho orang tua akan membuka jalan dan mempermudah segala urusan untuk memperoleh apa yang kita butuhkan. Saya percaya, apapun yang kita butuhkan dalam hidup ini, pasti kita dapatkan, hanya saja mungkin diganti dengan yang lebih baik atau ditunda untuk saat yang terbaik.  

Beasiswa Pascasarjana, Mungkinkah Saya Memperolehnya?
Sehari setelah wisuda, saya sebenarnya sudah membuat catatan beasiswa apa saja yang tersedia untuk studi pascasarjana dalam negeri. Dua diantaranya adalah LPDP dan Beasiswa Unggulan. Ketika saya menilik Universitas tujuan beasiswa, maka saya memilih untuk mencoba Beasiswa Unggulan karena sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemberi beasiswa tersebut, yaitu Universitas yang dituju berkakreditasi A dan program studi juga berakreditasi A. Sementara pada beasiswa LPDP, Universitas yang saya tuju tidak termasuk dalam daftar Universitas yang diprioritaskan. Oleh sebab itu, saya lebih berpeluang pada Beasiswa Unggulan. Saya apply beasiswa ini, namun pengumuman diterima atau tidak sebagai penerima beasiswa akan diberitahukan pada bulan Agustus. Itu artinya saya sudah berkuliah selama menunggu pengumuman beasiswa. Tidak apa, dapat atau tidak, semua tergantung rencana Allah.
Apa bekal untuk memperoleh beasiswa ini? Seperti namanya, Beasiswa Unggulan untuk masyarakat berprestasi, yaitu harus memiliki prestasi baik akademik maupun non-akademik. Ketika itu syaratnya adalah IPK 3.0, TOEFL ITP 450 dan prestasi non-akademik minimal tingkat nasional (karena menu yang tersedia hanya prestasi tingkat nasional). Ada pula isian tentang organisasi yang diikuti dan proposal. Pertama kali apply, saya bingung dengan proposal yang dimaksud. Saya mencari blog penerima Beasiswa Unggulan dan menemukan blog Mas Teguh. Saya pun berdiskusi dengan beliau melalui email hingga akhirnya saya dapat menyusun proposal tersebut. Setelah apply, selanjutnya adalah menunggu pengumuman untuk seleksi wawancara untuk kandidat yang terpilih. Alhamdulillah saya menerima email untuk seleksi wawancara dan verifikasi berkas. Saya membawa seluruh berkas yang saya tuliskan di formulir pendaftaran dan untuk membuktikan prestasi non-akademik dari menulis, disamping sertifikat, saya juga menyertakan print out dari website yang memuat pengumuman pemenang lomba penulisan yang saya ikuti. Proses wawancara yang saya hadapi hanya seputar rencana penelitian untuk tesis saya dan beberapa pertanyaan mengenai prestasi menulis saya. Wawancara ini mungkin berbeda – beda tiap kandidat. Proses selanjutnya adalah penandatanganan kontrak bagi yang lulus seleksi.
Menurut saya, seleksi beasiswa ini tidak rumit dan sangat sederhana. Ada hal menarik yang mengesankan bagi saya ketika penandatanganan kontrak, yaitu pernyataan bahwa hubungan penerima beasiswa dengan pemberi Beasiswa Unggulan ibarat Ayah dan anak. Jadi penerima beasiswa tidak dibebankan melakukan CSR ataupun pengabdian setelah menerima beasiswa. Hanya saja wajib melaporkan KHS, laporan perkembangan dan laporan dana agar “Ayah” dapat mengevaluasi perkembangan “Anak”. Tidak ada format khusus untuk berkas beasiswa ini, sehingga lebih fleksibel. Beasiswa akan langsung ditransfer ke rekening penerima Beasiswa dan saran saya, cantumkan nomor rekening yang belum pernah digunakan untuk apply beasiswa PPA karena saya sempat diminta untuk mengganti nomor rekening karena nomor rekening saya pernah mendapatkan beasiswa PPA (bersumber dari APBN).

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

My Badge

Establishing Academic Writing Centers 2020

Awarded: Jan 4, 2021

VERIFY

About Me

Saya adalah alumnus Universitas Negeri Medan (S1) dan Universitas Negeri Malang (S2) jurusan Pendidikan Biologi. Hobi menulis fiksi, volunteering dan travelling. Instagram : @dyah_kusuma07

Popular Posts

-

-

Cari Blog Ini

Copyright © Hari Ini | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com