Apa yang terjadi dan apa yang terpikirkan

21/01/17

Gampang Jalan ke Kuala Lumpur dan Singapura tanpa Guide



Liburan semester pertama kuliah pascasarjana ini, saya backpacker ke negara tetangga. Liburan ini mendadak, oleh sebab itu saya tidak mendapat tiket pesawat promo. Justru saya pesan tiket pesawat seminggu sebelum berangkat. Bersama adik saya, kami akhirnya berangkat ke Kuala Lumpur dengan maskapai Air Asia tanggal 12 Januari 2017 dan membeli tiket pulang dari Singapura-Medan untuk tanggal 16 januari 2017 dengan maskapai Jet Star. 

Ini menjadi liburan paling challenging yang pernah saya lakukan karena budget kami sangat terbatas, maklum mendadak. Saya akan membagikan pengalaman liburan menyenangkan dengan hanya tiga juta rupiah untuk dua orang (diluar biaya penginapan dan ongkos pesawat) selama lima hari empat malam di Kuala Lumpur dan Singapura. Ini hanya ringkasan perjalanan yang menurut saya akan bermanfaat jika dibagikan.

Sebelum berangkat, kami memesan hotel melalui traveloka. Saya menyarankan hotel Dragon Inn di daerah Chinatown untuk di Kuala Lumpur. Fasilitasnya lengkap, dekat dengan stasiun LRT Pasar Seni, Central Market dan tepat di sebelah Petaling Street. Selain itu, yang terpenting adalah murah dan wifi kencang sekali, yes! Untuk di Singapura, saya menyarankan Adamson Inn. Memang ini bukan hotel, melainkan hostel yang artinya satu kamar bisa dihuni 6 sampai 8 orang dari berbagai penjuru, baik laki – laki maupun perempuan, hahaha.. Ya ini hostel campuran, namun tenang  saja, tidak banyak bule disini. Justru kebanyakan orang Indonesia dan Malaysia, jadi tidak canggung. Adamson Inn terletak tepat di seberang Mesjid terbesar di Singapura, yaitu Mesjid Sultan dan dekat dengan stasiun MRT Bugis. Di sekitar penginapan ini banyak restoran Arab yang menjual nasi biryani, martabak, dan lain – lain yang halal. 

Oke, penginapan sudah beres, maka kami siap meluncur ke Kuala Lumpur. 

Perjalanan Medan – Kuala Lumpur hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Sesampainya di Kuala Lumpur, hal yang pertama kali kami lakukan adalah menyesuaikan jam dengan waktu setempat. Perlu diingat kalau Kuala Lumpur satu jam lebih cepat dibandingkan Medan. Waktu sholat di Kuala Lumpur juga berbeda. Sholat dzuhur disana sekitar jam setengah dua siang. 

Dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA), kami naik bus Aerosky ke pusat kota (KL Sentral). Untuk membeli tiket bus ini, kami turun ke level 1 airport, baca saja petunjuk arah yang disediakan atau tanya pada bapak – bapak petugas yang memegang tulisan “Bus/Taxi Ask Me”. Nanti beliau akan menunjukkan dimana kita bisa menemukan bus dan taxi menuju KL Sentral. Dari KLIA ke KL Sentral menghabiskan waktu sekitar satu jam. 

Check in penginapan mulai jam dua siang, sebelum check in kami menyempatkan diri untuk melihat Twin Tower di siang hari. Karena ini liburan dengan budget terbatas, maka kami menggunakan transportasi publik. Di Kuala Lumpur, terdapat berbagai macam tranportasi publik, seperti bus Rapid KL, LRT, Monorail. Kami memilih LRT menuju KLCC (stasiun LRT KLCC adalah stasiun terdekat dengan twin tower).
 (Foto: Twin tower siang hari)


Catatan: ongkos LRT antara stasiun berbeda – beda tergantung dari stasiun mana kita naik. Misal, jika dari KL Sentral ke KLCC ongkosnya 0.80 RM, sementara jika dari Pasar Seni ke KLCC bisa menjadi 1.80 RM. Jadi lihatla peta LRT sebelum memutuskan turun di stasiun mana. Hal ini akan membantu saat ringgit mulai menipis. Seperti pengalaman kami, karena sudah kehabisan ringgit di hari kedua, kami memilih turun di stasiun yang ongkosnya lebih murah dan  jaraknya tidak terlalu jauh dari penginapan. Biasanya kami turun di stasiun Pasar Seni, namun malam itu kami turun di Mesjid Jamek. 

Meskipun sudah tengah malam, kami tidak takut berjalan kaki ke penginapan. Jalanan sudah sepi sekali dan banyak gelandangan di sekitar pertokoan menuju jalan Tun Abdul Razak. Tapi tidak perlu khawatir, selama kita tidak pecicilan dan berpakaian sopan, tidak ada yang menganggu kok.

                                           (Foto: Jalanan Kuala Lumpur di tengah malam)

Untuk lebih hemat, kami tidak membeli kartu internet dan hanya mengandalkan wifi penginapan. Jadi sebelum menjelajah Kuala Lumpur, kami googling dulu tempat – tempat menarik dan stasiun LRT yang terdekat dengan tempat tersebut. Seperti  Bukit Bintang, kita bisa naik LRT ke Bukit Bintang. Meskipun disana kami hanya berfoto – foto dan ber’wah-wah’melihat keramaian orang berbelanja merk ternama. Kalau mau ke Little India, kita bisa turun saja di KL Sentral dan berjalan kaki kira – kira lima belas menit. Arahnya? Ya, jelajahi saja, hahaha.. Begitulah prinsipnya menikmati lingkungan baru. Tersesat? tanya saja pada orang setempat, jangan tanya pak taksi meskipun dia ramah, nanti kita justru diantar naik taksi. 

Kami hanya menjelajah kota Kuala Lumpur saja, tidak sempat ke Batu Caves karena tanggal 13 malam, kami sudah berangkat ke Singapura. 

Ke Singapura kami naik Bus. Beli tiketnya di Terminal Bus Besepadu Selatan. Jika naik LRT, bisa turun di Bandar Tasik Selatan dan berjalan kaki mengikuti arah penunjuk jalan ke Terminal Bus Bersepadu Selatan. 

          (Foto: Tiket bus Kuala Lumpur - Singapura, turun di Jalan Lavender karena dekat Penginapan)

Yang menarik adalah, bus on-time. Jadi kalau di tiket kita tertulis berangkat jam 8.30, maka bus akan berangkat tepat sekitar jam 8.31. Jadi jangan coba – coba telat. Penumpang hanya 7 orang di bus yang berkapasitas 30 orang. Lengang sekali. Lampu bus dimatikan karena perjalanan malam. Ya, silahkan istirahat menuju Singapura. 

Oh ya, sebelum memasuki imigrasi Singapura, mintalah kartu imigrasi pada Pak Supir. Kartu imigrasi itu nantinya harus kita serahkan pada petugas imigrasi Singapura. Ada data yang harus diisi di kartu imigrasi, seperti nama, alamat di Singapura (penginapannya), berapa lama di Singapura, dan lain – lain. 

Nilai tukar Rupiah ke Dolar Singapura kecil. Jadi jika membawa uang dua juta rupiah, artinya kita hanya punya 212 SGD. Sementara biaya makan di Singapura menurut pengalaman kami, yang paling murah adalah sepotong roti seharga 1.80 SGD. Nasi dihargai 6.50 SGD. Oke, tahan napas. Air mineral botol sedang merk Dasani 1.30 SGD, AQUA besar 1.80 SGD. Pandai – pandai saja memilih tempat makan. Kami makan hanya dua kali sehari. Yaitu makan pagi dirangkap dengan makan siang, lalu makan malam diatas jam 9 malam agar kenyang lebih lama. Tapi kami tetap bisa bertahan hidup dan berjalan – jalan dengan nyaman. 

Oh ya, kami benar – benar perlu kartu internet di Singapura untuk google map, karena menurut kami gedung – gedung di Singapura mirip dan sulit menjadikan gedung tersebut sebagai patokan jalan. Belilah kartu internet StarHub seharga 15 SGD di Seven Eleven. Minta penjualnya mengaktifkan. 

Hari pertama tiba di Singapura, jam tiga dini hari. Kami menikmati dini hari di taman dekat stasiun MRT Lavender (tidak tahu taman apa). Setelah istirahat dan berfoto sebentar, kami melanjutkan perjalanan dengan kaki sambil mengantuk, mencari penginapan Adamson Inn. Jangan takut, jangan cemas, di Singapura terdapat banyak cctv, selama dini hari tidak ada kriminal yang mengganggu, justru banyak muda – mudi yang berolahraga sepeda, skate board atau sekedar berjalan kesana kemari menikmati lampu – lampu. 

                                                             (Foto: Singapura dini hari)


Jalan – jalan di Singapura. Pertama – tama, untuk menjamin perjalanan kita akan seru, belilah Singapore Tourist Pass, yaitu kartu yang bisa dipakai sebagai tiket transportasi publik di Singapura, baik Bus, MRT dan Monorail. Benar – benar membantu bagi yang suka jalan dan rajin tersesat, jadi kita tidak bingung membeli tiket berulang – ulang. Dengan kartu ini, kita bisa jalan kemana saja naik apa saja dan hanya perlu menscan untuk membayar ongkos. Harga kartu ini 52 SGD untuk dua orang selama dua hari, termasuk deposit 10 SGD, artinya setelah dua hari, saat kita mengembalikan kartu ini ke loket kartu, kita akan diberikan refund sebesar 20 SGD untuk dua kartu yang kita sewa. Lumayan, 20 SGD itu nantinya kami gunakan untuk membeli oleh – oleh.

(Foto: Kartu Singapore Tourist Pass)

Tempat wisata Singapura. Mau yang gratis tapi oke? Pergilah ke Sentosa Island. Jika naik MRT, turunlah di Harbourfront. Banyak kok petunjuk ke Sentosa Island di Youtube. Saran saya, ke Sentosa Island melalui broadwalk saja. Kita bisa menikmati perjalanan dan berfoto di Singapore river yang indah sekali. Jalanannya rapi bersih dan tertata. Biaya masuk melalui jalur ini kebetulan gratis ketika kami kesana. Puas – puaskan semangat berfoto di Sentosa Island, terutama di bola Universal Studio. Ada juga patung Merlion disana.
(Foto: Bergaya di depan Bola Universal Studio Sentosa Island)
Catatan: Bawalah air mineral dari luar, jangan beli di Sentosa Island karena untuk satu botol sedang Dasani Water, dihargai 3 SGD. Meriah, kan?
Malam harinya, kami melihat – lihat ke Merlion Park. Singapura indah saat malam. Jika naik MRT, turun di stasiun Raffless. Berfoto dan menikmati keindahan gerlingan lampu di Singapura. Ini juga gratis. 

(Foto: Berpose dengan latar Marina bay malam hari)
Catatan: Pulanglah sebelum tengah malam karena MRT hanya beroprasi sampai tengah malam.
Hari kedua, kami ke Science Center. Tempat ini cukup menarik karena tersedia simulasi – simulasi sains, seperti simulasi cara kerja otak. Saya juga dapat pengalaman menunggangi naga virtual. Hmm.. Selain Science Center, kami juga membeli tiket terusan ke Snow City yang berada di sebelah Science Center, bermain salju di dalam ruangan. 

                                                 (Foto: Bermain di Science Center)


(Foto: Main salju di Snow City)
Catatan: Jika berencana masuk ke snow city, bawalah kaus kaki sendiri karena disini kaus kaki dikenakan biaya sewa. Oh ya, sebenarnya kita tidak perlu sewa celana waterproof jika kita memakai jeans, tapi dengan resiko jeans akan basah, ya namanya main salju. Tidak perlu membawa kamera karena tidak diizinkan berfoto. Di dalam snow city sudah ada fotografer, tapi dikenakan biaya untuk mencetak fotonya. Dua foto ukuran 6R seharga 32 SGD. 

Sepulang dari Science Center kami naik bus dan mengelilingi kota Singapura alias nyasar kesana kemari. Tapi kami menyudahinya dengan berhenti di stasiun MRT dan naik MRT ke Stasiun Bugis. Di stasiun MRT Bugis, kami mengembalikan kartu STP dan memperoleh refund 20 SGD yang akhirnya kami gunakan untuk beli oleh – oleh di Bugis Street. 

Hari ketiga, pulang ke Medan melalui Changi Airport. Mulanya kami takut sekali tersesat di Changi karena kami tidak punya cukup waktu untuk bermain – main dengan kata – kata nyasar. Jadi malam sebelum ke Changi, kami sudah mempersiapkan rute serius untuk pulang. Pertama – tama, berhubung kartu STP sudah kami kembalikan, artinya besok naik MRT harus beli tiket sendiri. Kami googling cara beli tiket di mesin tiket MRT, ternyata mirip dengan mesin tiket LRT ketika di KL. Lalu setelah tiba di stasiun Changi, kami ternyata harus menyebrang ke terminal 1 karena Jet Star berangkat dari terminal 1, sementara MRT berada di terminal 2. Artinya kami harus naik skyline agar cepat sampai kesana. Kami download peta Changi Airport. Lalu counter Check in bisa dilihat di board. Penerbangan Singapura-Medan ada di row 3 (pengalaman kami). Setelah Check in, kami berlari – lari cantik ke gate 17 yang berjarak 16 menit dari counter check in. Perlu diingat, di Singapura, gate ditutup sesuai jadwal, jadi tidak ada ‘halo – halo’ yang memanggil nama kita. Jangan telat. 

Pulang ke Medan. Waktu tempuh 1 jam 45 menit. Sisa uang, 26 SGD dan beberapa sen.

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

My Badge

Establishing Academic Writing Centers 2020

Awarded: Jan 4, 2021

VERIFY

About Me

Saya adalah alumnus Universitas Negeri Medan (S1) dan Universitas Negeri Malang (S2) jurusan Pendidikan Biologi. Hobi menulis fiksi, volunteering dan travelling. Instagram : @dyah_kusuma07

Popular Posts

-

-

Cari Blog Ini

Copyright © Hari Ini | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com