Liburan semester pertama kuliah pascasarjana ini, saya backpacker
ke negara tetangga. Liburan ini mendadak, oleh sebab itu saya tidak mendapat
tiket pesawat promo. Justru saya pesan tiket pesawat seminggu sebelum
berangkat. Bersama adik saya, kami akhirnya berangkat ke Kuala Lumpur dengan
maskapai Air Asia tanggal 12 Januari 2017 dan membeli tiket pulang dari
Singapura-Medan untuk tanggal 16 januari 2017 dengan maskapai Jet Star.
Ini menjadi liburan paling challenging yang pernah saya
lakukan karena budget kami sangat terbatas, maklum mendadak. Saya akan
membagikan pengalaman liburan menyenangkan dengan hanya tiga juta rupiah untuk
dua orang (diluar biaya penginapan dan ongkos pesawat) selama lima hari empat
malam di Kuala Lumpur dan Singapura. Ini
hanya ringkasan perjalanan yang menurut saya akan bermanfaat jika dibagikan.
Sebelum berangkat, kami memesan hotel melalui traveloka. Saya
menyarankan hotel Dragon Inn di daerah Chinatown untuk di Kuala Lumpur. Fasilitasnya
lengkap, dekat dengan stasiun LRT Pasar Seni, Central Market dan tepat di
sebelah Petaling Street. Selain itu, yang terpenting adalah murah dan wifi
kencang sekali, yes! Untuk di Singapura, saya menyarankan Adamson Inn. Memang
ini bukan hotel, melainkan hostel yang artinya satu kamar bisa dihuni 6 sampai
8 orang dari berbagai penjuru, baik laki – laki maupun perempuan, hahaha.. Ya
ini hostel campuran, namun tenang saja, tidak banyak bule disini. Justru kebanyakan orang
Indonesia dan Malaysia, jadi tidak canggung. Adamson Inn terletak tepat di
seberang Mesjid terbesar di Singapura, yaitu Mesjid Sultan dan dekat dengan
stasiun MRT Bugis. Di sekitar penginapan ini banyak restoran Arab yang menjual
nasi biryani, martabak, dan lain – lain yang halal.
Oke,
penginapan sudah beres, maka kami siap meluncur ke Kuala Lumpur.
Perjalanan Medan – Kuala Lumpur hanya membutuhkan waktu
sekitar satu jam. Sesampainya di Kuala Lumpur, hal yang pertama kali kami
lakukan adalah menyesuaikan jam dengan waktu setempat. Perlu diingat kalau
Kuala Lumpur satu jam lebih cepat dibandingkan Medan. Waktu sholat di Kuala
Lumpur juga berbeda. Sholat dzuhur disana sekitar jam setengah dua siang.
Dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA), kami naik
bus Aerosky ke pusat kota (KL Sentral). Untuk membeli tiket bus ini, kami turun
ke level 1 airport, baca saja petunjuk arah yang disediakan atau tanya pada
bapak – bapak petugas yang memegang tulisan “Bus/Taxi Ask Me”. Nanti beliau
akan menunjukkan dimana kita bisa menemukan bus dan taxi menuju KL Sentral. Dari
KLIA ke KL Sentral menghabiskan waktu sekitar satu jam.
Check in penginapan mulai jam dua siang, sebelum check in
kami menyempatkan diri untuk melihat Twin Tower di siang hari. Karena ini
liburan dengan budget terbatas, maka kami menggunakan transportasi publik. Di
Kuala Lumpur, terdapat berbagai macam tranportasi publik, seperti bus Rapid KL,
LRT, Monorail. Kami memilih LRT menuju KLCC (stasiun LRT KLCC adalah stasiun
terdekat dengan twin tower).
(Foto: Twin tower siang hari)
Catatan: ongkos LRT
antara stasiun berbeda – beda tergantung dari stasiun mana kita naik. Misal,
jika dari KL Sentral ke KLCC ongkosnya 0.80 RM, sementara jika dari Pasar Seni
ke KLCC bisa menjadi 1.80 RM. Jadi lihatla peta LRT sebelum memutuskan turun di
stasiun mana. Hal ini akan membantu saat ringgit mulai menipis. Seperti pengalaman
kami, karena sudah kehabisan ringgit di hari kedua, kami memilih turun di
stasiun yang ongkosnya lebih murah dan jaraknya tidak
terlalu jauh dari penginapan. Biasanya kami turun di stasiun Pasar Seni, namun
malam itu kami turun di Mesjid Jamek.
Meskipun
sudah tengah malam, kami tidak takut berjalan kaki ke penginapan. Jalanan sudah
sepi sekali dan banyak gelandangan di sekitar pertokoan menuju jalan Tun Abdul
Razak. Tapi tidak perlu khawatir, selama kita tidak pecicilan dan berpakaian
sopan, tidak ada yang menganggu kok.
Untuk lebih hemat, kami tidak membeli kartu internet dan
hanya mengandalkan wifi penginapan. Jadi
sebelum menjelajah Kuala Lumpur, kami googling dulu tempat – tempat menarik dan
stasiun LRT yang terdekat dengan tempat tersebut. Seperti Bukit Bintang, kita bisa naik LRT ke Bukit
Bintang. Meskipun disana kami hanya berfoto – foto dan ber’wah-wah’melihat
keramaian orang berbelanja merk ternama. Kalau mau ke Little India, kita bisa
turun saja di KL Sentral dan berjalan kaki kira – kira lima belas menit. Arahnya?
Ya, jelajahi saja, hahaha.. Begitulah prinsipnya menikmati lingkungan baru. Tersesat?
tanya saja pada orang setempat, jangan tanya pak taksi meskipun dia ramah,
nanti kita justru diantar naik taksi.
Kami
hanya menjelajah kota Kuala Lumpur saja, tidak sempat ke Batu Caves karena
tanggal 13 malam, kami sudah berangkat ke Singapura.
Ke
Singapura kami naik Bus. Beli tiketnya di Terminal Bus Besepadu Selatan. Jika
naik LRT, bisa turun di Bandar Tasik Selatan dan berjalan kaki mengikuti arah
penunjuk jalan ke Terminal Bus Bersepadu Selatan.
Yang
menarik adalah, bus on-time. Jadi kalau di tiket kita tertulis berangkat jam
8.30, maka bus akan berangkat tepat sekitar jam 8.31. Jadi jangan coba – coba
telat. Penumpang hanya 7 orang di bus yang berkapasitas 30 orang. Lengang
sekali. Lampu bus dimatikan karena perjalanan malam. Ya, silahkan istirahat
menuju Singapura.
Oh
ya, sebelum memasuki imigrasi Singapura, mintalah kartu imigrasi pada Pak Supir.
Kartu imigrasi itu nantinya harus kita serahkan pada petugas imigrasi
Singapura. Ada data yang harus diisi di kartu imigrasi, seperti nama, alamat di
Singapura (penginapannya), berapa lama di Singapura, dan lain – lain.
Nilai
tukar Rupiah ke Dolar Singapura kecil. Jadi jika membawa uang dua juta rupiah,
artinya kita hanya punya 212 SGD. Sementara biaya makan di Singapura menurut
pengalaman kami, yang paling murah adalah sepotong roti seharga 1.80 SGD. Nasi dihargai
6.50 SGD. Oke, tahan napas. Air mineral botol sedang merk Dasani 1.30 SGD, AQUA
besar 1.80 SGD. Pandai – pandai saja memilih tempat makan. Kami makan hanya dua
kali sehari. Yaitu makan pagi dirangkap dengan makan siang, lalu makan malam
diatas jam 9 malam agar kenyang lebih lama. Tapi kami tetap bisa bertahan hidup
dan berjalan – jalan dengan nyaman.
Oh
ya, kami benar – benar perlu kartu internet di Singapura untuk google map, karena
menurut kami gedung – gedung di Singapura mirip dan sulit menjadikan gedung
tersebut sebagai patokan jalan. Belilah kartu internet StarHub seharga 15 SGD
di Seven Eleven. Minta penjualnya mengaktifkan.
Hari
pertama tiba di Singapura, jam tiga dini hari. Kami menikmati dini hari di
taman dekat stasiun MRT Lavender (tidak tahu taman apa). Setelah istirahat dan
berfoto sebentar, kami melanjutkan perjalanan dengan kaki sambil mengantuk,
mencari penginapan Adamson Inn. Jangan takut, jangan cemas, di Singapura
terdapat banyak cctv, selama dini hari tidak ada kriminal yang mengganggu,
justru banyak muda – mudi yang berolahraga sepeda, skate board atau sekedar
berjalan kesana kemari menikmati lampu – lampu.
Jalan
– jalan di Singapura. Pertama – tama, untuk menjamin perjalanan kita akan seru,
belilah Singapore Tourist Pass, yaitu kartu yang bisa dipakai sebagai tiket
transportasi publik di Singapura, baik Bus, MRT dan Monorail. Benar – benar
membantu bagi yang suka jalan dan rajin tersesat, jadi kita tidak bingung
membeli tiket berulang – ulang. Dengan kartu ini, kita bisa jalan kemana saja
naik apa saja dan hanya perlu menscan untuk membayar ongkos. Harga kartu ini 52
SGD untuk dua orang selama dua hari, termasuk deposit 10 SGD, artinya setelah
dua hari, saat kita mengembalikan kartu ini ke loket kartu, kita akan diberikan
refund sebesar 20 SGD untuk dua kartu yang kita sewa. Lumayan, 20 SGD itu
nantinya kami gunakan untuk membeli oleh – oleh.
(Foto: Kartu Singapore Tourist Pass)
Tempat
wisata Singapura. Mau yang gratis tapi oke? Pergilah ke Sentosa Island. Jika
naik MRT, turunlah di Harbourfront. Banyak kok petunjuk ke Sentosa Island di
Youtube. Saran saya, ke Sentosa Island melalui broadwalk saja. Kita bisa
menikmati perjalanan dan berfoto di Singapore river yang indah sekali. Jalanannya
rapi bersih dan tertata. Biaya masuk melalui jalur ini kebetulan gratis ketika
kami kesana. Puas – puaskan semangat berfoto di Sentosa Island, terutama di
bola Universal Studio. Ada juga patung Merlion disana.
(Foto: Bergaya di depan Bola Universal Studio Sentosa Island)
Catatan: Bawalah
air mineral dari luar, jangan beli di Sentosa Island karena untuk satu botol
sedang Dasani Water, dihargai 3 SGD. Meriah, kan?
Malam
harinya, kami melihat – lihat ke Merlion Park. Singapura indah saat malam. Jika
naik MRT, turun di stasiun Raffless. Berfoto dan menikmati keindahan gerlingan
lampu di Singapura. Ini juga gratis.
(Foto: Berpose dengan latar Marina bay malam hari)
Catatan: Pulanglah
sebelum tengah malam karena MRT hanya beroprasi sampai tengah malam.
Hari
kedua, kami ke Science Center. Tempat ini cukup menarik karena tersedia
simulasi – simulasi sains, seperti simulasi cara kerja otak. Saya juga dapat
pengalaman menunggangi naga virtual. Hmm.. Selain Science Center, kami juga
membeli tiket terusan ke Snow City yang berada di sebelah Science Center,
bermain salju di dalam ruangan.
(Foto: Main salju di Snow City)
Catatan: Jika
berencana masuk ke snow city, bawalah kaus kaki sendiri karena disini kaus kaki
dikenakan biaya sewa. Oh ya, sebenarnya kita tidak perlu sewa celana waterproof
jika kita memakai jeans, tapi dengan resiko jeans akan basah, ya namanya main
salju. Tidak perlu membawa kamera karena tidak diizinkan berfoto. Di dalam snow
city sudah ada fotografer, tapi dikenakan biaya untuk mencetak fotonya. Dua
foto ukuran 6R seharga 32 SGD.
Sepulang
dari Science Center kami naik bus dan mengelilingi kota Singapura alias nyasar
kesana kemari. Tapi kami menyudahinya dengan berhenti di stasiun MRT dan naik
MRT ke Stasiun Bugis. Di stasiun MRT Bugis, kami mengembalikan kartu STP dan
memperoleh refund 20 SGD yang akhirnya kami gunakan untuk beli oleh – oleh di Bugis
Street.
Hari
ketiga, pulang ke Medan melalui Changi Airport. Mulanya kami takut sekali
tersesat di Changi karena kami tidak punya cukup waktu untuk bermain – main
dengan kata – kata nyasar. Jadi malam sebelum ke Changi, kami sudah
mempersiapkan rute serius untuk pulang. Pertama – tama, berhubung kartu STP
sudah kami kembalikan, artinya besok naik MRT harus beli tiket sendiri. Kami
googling cara beli tiket di mesin tiket MRT, ternyata mirip dengan mesin tiket
LRT ketika di KL. Lalu setelah tiba di stasiun Changi, kami ternyata harus
menyebrang ke terminal 1 karena Jet Star berangkat dari terminal 1, sementara
MRT berada di terminal 2. Artinya kami harus naik skyline agar cepat sampai
kesana. Kami download peta Changi Airport. Lalu counter Check in bisa dilihat
di board. Penerbangan Singapura-Medan ada di row 3 (pengalaman kami). Setelah
Check in, kami berlari – lari cantik ke gate 17 yang berjarak 16 menit dari counter
check in. Perlu diingat, di Singapura, gate ditutup sesuai jadwal, jadi tidak
ada ‘halo – halo’ yang memanggil nama kita. Jangan telat.
Pulang
ke Medan. Waktu tempuh 1 jam 45 menit. Sisa uang, 26 SGD dan beberapa sen.