Dampak COVID-19 Pada Pendidikan Nasional dan Strategi KEMENDIKBUD Serta
Pemodelan di Negara Lain, 12 Mei 2020
Seminar online ini diadakan oleh Kopertip Indonesia, menghadirkan
sejumlah narasumber, yaitu Bapak Mentri Nadiem Makarim (Diwakilkan oleh Bapak Dirjen
Dikti, Prof.Nizam); Ibu Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amalia; Bapak Koordinator SEAMEO
Center Indonesia, Gatot Hari Priowirjanto dan Bapak Kaprodi DKV-FSRD ITB, Intan
Rizky Mutiaz. Pembahasan seminar, sesuai dengan judulnya, fokus pada “apa dan
bagaimana”pendidikan berperan dalam masa pandemi COVID-19.
Pembelajaran online memang menjadi tantangan di masa seperti ini. Kendalanya
bukan hanya ketidak merataan jangkauan sinyal internet di remote area, namun
juga kemampuan pendidik dalam menyediakan bahan ajar dan metode mengajar yang
sesuai dengan konsep ‘merdeka belajar’ala mas mentri. Berkaitan dengan hal ini,
KEMDIKBUD telah melakukan sejumlah langkah strategis (Gambar 1).
Gambar 1
Hal menarik dari langkah strategis ini adalah penerapan kampus merdeka,
khususnya poin tentang “mahasiswa berhak belajar diluar prodi” telah tampak
nyata. Ini dapat dilihat dari langkah
strategis nomor 5 dan 6, yaitu mahasiswa terlibat dalam kegiatan kesuka
relawanan dan pengabdian masyarakat dalam bentuk pembuatan alat medis. Faktanya,
mahasiswa Indonesia mampu menciptakan alat bantu medis dalam waktu yang singkat
dan mendesak (Gambar 2). Kegiatan ini dihargai sejumlah sks mata kuliah yang
sesuai.
Gambar 2
Selain itu, pembelajaran masa pandemi juga menghasilkan kesadaran, baik
pendidik maupun peserta didik dalam memanfaatkan teknologi. SEAMEO, sebagai
lembaga pembelajaran jarak jauh, telah berusaha memperkenalkan metode belajar
daring sebelum adanya pandemi, namun tidak memperoleh respon maksimal. Setelah
pandemi, justru mengalami peningkatan.
Namun tentu saja, pembelajaran daring dari jarak jauh ini bukan sesuatu
hal yang mudah. Daring bukan berarti memindahkan materi menjadi bentuk Power
Point ataupun modul yang dishare saja, ataupun memindahkan aktivitas tanya
jawab menjadi chatting saja. Pak Prof.
Nizam menjelaskan bahwa pembelajaran daring yang sesungguhnya membutuhkan
banyak resources. Seperti, modul
yang disediakan harus dibuat singkat (materinya dibagi- bagi) agar pembaca
atau peserta didik tidak lelah dengan cakupan materi yang banyak, juga
dibutuhkan adanya assesmen yang jelas
pengukurannya dan tercantum dalam rencana pembelajaran, hasil dari assesmen ini
adalah feedback dalam bentuk tertulis sehingga dapat dipahami. Mentor
atau tutor juga harus stand by 24 jam
dalam 7 hari seminggu untuk
memberikan pengajaran, baik menjawab pertanyaan maupun diskusi. Sehingga
pembelajaran daring ini bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Apakah pasca Covid-19,
pembelajaran daring akan dilanjutkan?
Berdasarkan survey yang dilakukan KEMENDIKBUD, pembelajaran fisik masih
jauh lebih baik daripada sistem daring. Oleh karena itu, pembelajaran bisa saja
dilakukan secara blended learning
atau mengkombinasikan antara pembelajaran fisik (tatap muka) dan daring.
0 komentar:
Posting Komentar